Info Produk

Viar, Motor China Yang Rakit Mesin di RI



Reputasi motor Viar setelah sepuluh tahun bisa bertahan di pasar sepeda motor di tanah air, tentunya bukan tak beralasan. Salah satunya, Viar adalah motor non-Jepang yang merakit sendiri mesinnya di Indonesia.

Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri buat Viar dimata konsumennya, khususnya konsumen mereka di daerah-daerah selain Jakarta, karena merupakan salah satu bentuk keseriusan Viar mengembangkan motor di tanah air.

"Baru kita satu-satunya motor China yang berani merakit sendiri mesin di Indonesia, yang lain paling hanya bodi saja," klaim Direktur Marketing PT Triangle
Motorindo, Akwila Natanael, di sela-sela acara Viar Motor Malaysia Tour, di Malaysia, Sabtu(6/2/2010)
Memang, belum semua komponennya berasal dari dalam negeri. Viar mengaku untuk bagian mesin, baru sekitar 20 persen saja komponennya yang berasal dari dalam negeri. Sisanya, masih mencomot dari beberapa merek mapan. Sebut saja, karburator yang mengambil merek Keihin asal Jepang, Piston Izumi, serta ring piston merek NPR, yang semuanya itu dipadankan dengan komponen-komponen lokal yang tak kalah secara kualitas. "Karena saya yakin, tidak mungkin kita bisa bertahan sampai 10 tahun kalau kualitasnya jelek, selama ini kan cuma masalah citra motor China saja yang sempat jelek," bela Akwila.
Viar melakukan perakitannya di pabriknya di Semarang, yang memiliki kapasitas produksi mencapai 10.000 unit, apalagi saat ini dengan penambahan pabrik baru seluas 15 hektar di kawasan baru di Semarang.
Viar pun memiliki strategi marketing yang unik untuk menarik konsumen. Motor Viar bisa dicicil sesuai waktu panen. Fenomena yang terjadi hanya di daerah tersebut, seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, memudahkan para penduduk desa untuk memenuhi kebutuhannya akan transportasi yang fungsional namun terjangkau.
"Kita bisa berikan cicilan seperti itu, mereka bayar sesuai dengan waktu panen," ujarnya.
Caranya, Viar akan meninggikan DP dari motor tersebut, setidaknya menyamai DP murni ditambah dengan cicilan selama waktu panen tersebut, yang rata-rata memakan waktu 6 bulanan. "Mereka bayar di muka dulu, DP plus cicilan selama (biasanya) 6 bulan, baru kemudian, setelah mereka panen, mereka bisa membayar cicilan tersebut," tambahnya.
Tentunya cara ini sangat menguntungkan. Lihat saja dari catatan penjualan bulanan Viar yang rata-rata berada di angka 6.000 unit, dan khusus Sulawesi saja, bisa mencapai 2.200 sampai 2.500 unit. Sehingga dengan cara seperti itu, para petani sekalipun saat ini bisa memiliki sebuah sepeda motor untuk menunjang mobilitas keseharian mereka selain bertani. ( bgj / ddn )